Minggu, 21 Desember 2008

Berkarya Raih Kebaikan Berkelanjutan

Oleh : Ulis Tofa,Lc
-------------------------------------


dakwatuna.com - Islam sangat mengapresiasi prestasi kerja dan karya yang bermanfaat. Islam sangat menghormati nilai amal kebaikan. Itulah yang dibuktikan oleh Khalilullah, Bapak Tauhid, Ibrahim dan putranya Isma’il alaihimassalam. Prestasi kerja dan amal keduanya diabadikan dalam Al Qur’an, menjadi bukti kesaksian Allah swt. yang pasti benar, tidak perlu diperbincangkan lagi.

Adalah karya pengorbanan tiada tanding dan prestasi karya ibadah haji, berikut prosesi manasiknya.

Boleh jadi keduanya tidak pernah membayangkan, kalau akhirnya prestasi karya dan amal kebaikan itu diabadikan dalam Al Qur’an, bahkan lebih dari itu, kerja dan amal kebaikan itu diwariskan bagi umat sesudahnya. Kita setiap tahunnya melaksanakan idul kurban dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah.

Kita ambil satu sisi prestasi amal kebaikan keduanya, yaitu berkurban.



membuktikan kerja dan amal kebaikan sebagai bukti kehambaan sejati keduanya yang dipersembahkan untuk Allah swt. Dalam surat Ash Shaffat 100-111 Allah swt. berfirman:

” Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.

Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).

Dan kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,

Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,

(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.

Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Rasulullah saw. menegaskan apresiasi presatsi karya dan amal kebaikan dalam sabdanya:

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Barangsiapa dalam Islam memberi contoh kebaikan (bukan dalam hal ibadah ritual), berinofasi hal positif, menciptakan hal baru yang bermanfaat, maka baginya pahala, dan pahal orang yang mengikutinya setalahnya, tanpa dikurangi pahala orang yang mengikutinya tersebut sedikit pun. Dan barangsiapa yang memberi contoh keburukan, al yang nengatif, kerusakan, maka baginya dosa, dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikit pun dosa orang yang mengikutinya.” Imam Muslim.

Dalam konteks negara kita, para pahlawan dan orang-orang yang berjasa yang telah mendahului kita, mereka telah mempersembahkan presasi dan karya yang mereka miliki, mereka melawan penjajah yang taruhannya, air mata, harta bahkan nyawa, mereka para pejuang pengisi kemerdekaan, mereka para aktivis reformasi dan perubahan.

Boleh jadi, mereka tidak pernah mengharapkan di kemudian hari disebut sebagai pejuang, tidak pernah bermimpi dianugrahi gelar pahlawan. Mereka hanya berpikir untuk memberi yang terbaik yang mereka bisa, yang mereka mampu untuk negeri ini.

Dan sejarah mengulagi dirinya, sejarah selalu jujur, sehingga sejarah pun mengenang mereka, anak-anak negeri ini sesudah mereka memperingatinya.

Oleh karena itu, kita yang hidup di zaman sekarang ini, di negara Indonesia tercinta yang sedang dirundung banyak cobaan, kesulitan demi kesulitan, bencana demi bencana yang seakan-akan tidak pernah berhenti. Marilah, kita memberikan yang terbaik yang kita punya, kita tunjukkan presatsi kerja kita. Kita buktikan presati amal kebaikan kita. Sesuai kemampuan kita, sesuai bidang kita. Itu sangat berarti bagi keluarga kita, masyarakat, bangsa dan negara ini.

Rasulullah saw. bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « خير الناس أنفعهم للناس »

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling banyak mannfaatnya kepada manusia lainnya.” Musnad Asy Syihab, jilid 4 hal. 365.

Dengan semangat berkurban, spirit memberi apa yang kita punya, mempersembahkan karya yang kita bisa, maka negeri ini diharapkan dapat keluar dari krisis multidimensi, menjadi negeri yang penuh berkah dan maghfirah dari Allah swt. “Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofuur”. Allahu a’lam

Sumber : Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,

(yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.

Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Rasulullah saw. menegaskan apresiasi presatsi karya dan amal kebaikan dalam sabdanya:

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Barangsiapa dalam Islam memberi contoh kebaikan (bukan dalam hal ibadah ritual), berinofasi hal positif, menciptakan hal baru yang bermanfaat, maka baginya pahala, dan pahal orang yang mengikutinya setalahnya, tanpa dikurangi pahala orang yang mengikutinya tersebut sedikit pun. Dan barangsiapa yang memberi contoh keburukan, al yang nengatif, kerusakan, maka baginya dosa, dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikit pun dosa orang yang mengikutinya.” Imam Muslim.

Dalam konteks negara kita, para pahlawan dan orang-orang yang berjasa yang telah mendahului kita, mereka telah mempersembahkan presasi dan karya yang mereka miliki, mereka melawan penjajah yang taruhannya, air mata, harta bahkan nyawa, mereka para pejuang pengisi kemerdekaan, mereka para aktivis reformasi dan perubahan.

Boleh jadi, mereka tidak pernah mengharapkan di kemudian hari disebut sebagai pejuang, tidak pernah bermimpi dianugrahi gelar pahlawan. Mereka hanya berpikir untuk memberi yang terbaik yang mereka bisa, yang mereka mampu untuk negeri ini.

Dan sejarah mengulagi dirinya, sejarah selalu jujur, sehingga sejarah pun mengenang mereka, anak-anak negeri ini sesudah mereka memperingatinya.

Oleh karena itu, kita yang hidup di zaman sekarang ini, di negara Indonesia tercinta yang sedang dirundung banyak cobaan, kesulitan demi kesulitan, bencana demi bencana yang seakan-akan tidak pernah berhenti. Marilah, kita memberikan yang terbaik yang kita punya, kita tunjukkan presatsi kerja kita. Kita buktikan presati amal kebaikan kita. Sesuai kemampuan kita, sesuai bidang kita. Itu sangat berarti bagi keluarga kita, masyarakat, bangsa dan negara ini.

Rasulullah saw. bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « خير الناس أنفعهم للناس »

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling banyak mannfaatnya kepada manusia lainnya.” Musnad Asy Syihab, jilid 4 hal. 365.

Dengan semangat berkurban, spirit memberi apa yang kita punya, mempersembahkan karya yang kita bisa, maka negeri ini diharapkan dapat keluar dari krisis multidimensi, menjadi negeri yang penuh berkah dan maghfirah dari Allah swt. “Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofuur”. Allahu a’lam


Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/berkarya-raih-kebaikan-berkelanjutan/










Tidak ada komentar: