Rabu, 24 Juni 2009

Wawasan Al-Qur'an

oleh Dr.M.Quraih Shihab,M.A

AKHLAK

b. Akhlak terhadap sesama manusia ( 3/3 )

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan
dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai
hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal
negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil
harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada
menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di
belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun
sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik
daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah
[2]: 263).

Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya
didudukkan secara wajar. Nabi Muhammad Saw. --misalnya--
dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain, namun
dinyatakan pula bahwa beliau adalah Rasul yang memperoleh
wahyu dari Allah. Atas dasar itulah beliau berhak memperoleh
penghormatan melebihi manusia 1ain.



Karena itu, Al-Quran
berpesan kepada orang-orang Mukmin:

Jangan meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi
(saat berdialog), dan jangan pula mengeraskan suaramu
(di hadapannya saat beliau diam) sebagaimana
(kerasnya) suara sebagian kamu terhadap sebagian yang
lain... (QS Al-Hujurat [49]: 2).

Janganlah kamu jadikan panggilan (nama) Rasul di
antara kamu, seperti panggilan sebagian kamu kepada
sebagian (yang lain) (QS An-Nur [24]: 63).

Petunjuk ini berlaku kepada setiap orang yang harus dihormati.

Al-Quran juga menekankan perlunya privasi (kekuasaan atau
kebebasan pribadi).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]:
27).

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak
lelaki dan wanita yang kamu miliki, dan orang-orang
yang belum balig di antara kamu meminta izin kepada
kamu tiga kali (yaitu waktu) sebelum shalat subuh,
ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di tengah
hari, dan sesudah shalat isya ... (QS An-Nur [24):
58).

Salam yang diucapkan itu wajib dijawab dengan salam yang
serupa, bahkan juga dianjurkan agar dijawab dengan salam yang
lebih baik (QS An-Nisa' [4]: 86).

Setiap ucapan haruslah ucapan yang baik, Al-Quran
memerintahkan,

Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia (QS
A1-Baqarah [2]: 83).

Bahkan lebih tepat jika kita berbicara sesuai dengan keadaan
dan kedudukan mitra bicara, serta harus berisi perkataan yang
benar,

Dan katakanlah perkataan yang benar (QS Al-Ahzab
[33]: 70).

Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok
1ain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau
menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau
memanggilnya dengan sebutan buruk (baca Al-Hujurat [49]:
11-12) .

Yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini
hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan
berpotensi pula melakukan kesalahan. Karena itu, ketika
Misthah --seorang yang selalu dibantu oleh Abu Bakar r.a.--
menyebarkan berita palsu tentang Aisyah, putrinya, Abu Bakar
dan banyak orang lain bersumpah untuk tidak lagi membantu
Misthah. Tetapi Al-Quran turun menyatakan:

Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka
tidak akan memberi bantuan kepada kaum kerabat(-nya),
orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah
dijalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan, serta
berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah
mengampuni kamu? Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS An-Nur [24]: 22).

Sebagian dari ciri orang bertakwa dijelaskan dalam Quran surat
Ali Imran (3): 134, yaitu:

Maksudnya mereka mampu menahan amarahnya, dan
memaafkan, (bahkan) berbuat baik (terhadap mereka
yang pernah melakukan kesalahan terhadapnya),
sesungguhnya Allah senang terhadap orang yang berbuat
baik.

Di dunia Barat, sering dinyatakan, bahwa "Anda boleh melakukan
perbuatan apa pun selama tidak bertentangan dengan hak orang
lain", tetapi dalam Al-Quran ditemukan anjuran, "Anda
hendaknya mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepentingan Anda sendiri."

Mereka mengutamakan orang lain daripada diri mereka
sendiri, walaupun mereka amat membutuhkan (QS
Al-Hasyr [59]: 9).

Jika ada orang yang digelari gentleman --yakni yang memiliki
harga diri, berucap benar, dan bersikap lemah lembut {terutama
kepada wanita)-- seorang Muslim yang mengikuti
petunjuk-petunjuk akhlak Al-Quran tidak hanya pantas bergelar
demikian, melainkan lebih dari itu, dan orang demikian dalam
bahasa Al-Quran disebut al-muhsin.
( bersambung 3b/3c)
WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Penerbit Mizan
Jln. Yodkali No.16, Bandung 40124
Telp. (022) 700931 Fax. (022) 707038
mailto:mizan@ibm.net

Sumber : http://media.isnet.org

Tidak ada komentar: